Oleh Maya Nurmayanti
TANPA KITA SADARI atau tidak, kehidupan telah memberi banyak peluang untuk kita merasakan sesuatu yang sangat berharga dan kelak akan menjadi sebutir mutiara yang bisa kita banggakan dan berikan untuk siapa saja yang kita cintai. Hanya saja terkadang kita melewatkan peluang-peluang tersebut untuk kita rekam dan putar ulang berdasarkan apa yang kita temukan, sehingga sangat sulit untuk menorehkannya dalam benak dan hati kita. Andai saja mata kita bisa selalu terjaga untuk menyaksikan segala hal yang terjadi baik di alam semesta ataupun di setiap kejadian yang dialami manusia, semuanya terdapat pelajaran yang bisa diambil sebagai bahan renungan dan pertimbangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Manusia telah dikaruniakan dengan potensi-potensinya, tiga potensi yang perlu dijaga dan dikembangkan adalah akal, jasad, dan hati. Seperti halnya perahu mesin yang dapat berjalan jika nelayan terus memberinya bahan bakar; bensin atau sejenisnya, akal manusia pun perlu asupan agar dapat dengan lancar dan sehat dalam proses berfikir. Untuk memenuhi kebutuhan akal tersebut, maka dibutuhkan ilmu pengetahuan sebagai vitaminnya. Aktifitas dapat kita lakukan saat potensi jasadiyah pun kuat dengan selalu menjaga kebugarannya, makan dan minum yang sehat serta aktivitas lain yang dapat mendukung proses terbentuknya sebuah kekebalan terhadap segala hal yang berbau penyakit. Hati, hati manusia sangat rentan terhadap hal sekeliling, maka menyuburkannya dengan percikan nasehat dan kuatnya keyakinan akan menumbuhan mental yang tahan banting.
Perjalanan yang panjang dalam hidup ini tidaklah dapat dijalani tanpa proses pengolahan kesabaran yang ada dalam diri kita. Kita mungkin pernah merasakan begitu lama dan pegalnya berdiri dalam bus karena semua tempat duduk tidak ada yang kosong. Kaki terasa kaku dan tangan harus mencengkram kuat karena harus menahan keseimbangan dari goncangan-goncangan jalanan yang tidak merata, naik turun dan jalanan yang berkelok. Bahkan mungkin merasa itu tidak adil, ketika yang lain dapat dengan nyaman duduk di kursi sedangkan kita harus bersusah payah berdesakkan dan berdiri beberapa lama, sementara semua penumpang mempunyai kewajiban yang sama yaitu membayar ongkos. Tapi, jika itu semua dijalani dengan penuh kesadaran dan kesabaran, kesusahan akan segera berakhir saat seorang penumpang sampai tujuan dan kita dapat kesempatan untuk mengganti posisinya duduk dengan nyaman, karena hidup penuh dengan resiko atas pilihan yang diputuskan.
Mimpi dan harapan akan selalu ada bagi mereka yang mempunyai kesadaran akan kehidupan yang singkat ini. Harapan akan menjadi sumber cahaya yang akan menerangi dan menjadi kekuatan diri. Tapi mimpi hanya sekedar mimpi tanpa usaha yang dilakukan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan. Seorang penjelajah samudera tidak akan pernah penyerah oleh karena ombak yang ada di lautan, ia akan selalu berusaha agar kapal yang ditumpangi dapat tegak dengan kokoh dan tidak mudah karam oleh terpaan angin siang dan malam. Tidak ada lagi yang menjadi motivasi utamanya selain harapannya akan mendapatkan sesuatu atau penemuan yang menakjubkan dalam hidupnya. Seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris akan senantiasa melaksanakan setiap tugas yang diberikan oleh dosen, motif dasar adalah kesadarannya akan konsekuensi dari kewajiban yang harus ditunaikan atas mimpi dan harapannya menjadi seorang guru atau pakar dalam bidang tersebut.
Kaitannya dalam pencapaian tujuan dan mimpi tersebut adalah tentang apa yang perlu dipersiapkan dan seberapa kuat rasa optimis yang tertanam dalam setiap jiwa pengelana kehidupan ini. Tentunya apa yang dicita-citakan tidaklah selalu berada pada zona diam untuk menjadi seorang juara, perlu persiapan sebelum bertarung dan bekal untuk segala kemungkinan yang akan menjadi hambatan. Pendaki gunung tidak hanya membawa apa yang ia kenakan tanpa membawa peralatan dan bekal lainnya, tetapi perlu keoptimisan dan bekal secukupnya untuk perjalannya mencapai puncak. Rasa optimis akan hadir jika apa yang menjadi tujuan bisa segera tercapai, dengan melihat sekitar dan posisi diri kita sebagai pengemban tugas yang mesti diselesaikan.
Penyimpangan dan ketersesatan mungkin saja bisa terjadi jika kita sebagai pejalan kaki tidak pernah melihat arah dan rambu-rambu yang telah disediakan baik yang sengaja dibuat oleh manusia atau yang disediakan langsung oleh Pemilik Semesta agar kita dapat membacanya, lalu mengikuti arah dan tanda-tandanya. Apalagi jiga terdapat seorang penunjuk jalan atau orang yang berpengalaman sehingga lebih mengetahui jalan mana yang mesti ditempuh, akan lebih memudahkan dalam pencapain tujuan tersebut. Sesuatu yang jangan pernah dilupakan adalah selama perjalanan panjang itu akan penuh onak dan duri yang menghadang, yang akan menyulut rasa pesimis saat kelelahan dan ketakberdayaan menyertai perjalanan kita. Sebagai makhluk yang diberikan potensi akal, maka sepatutnya berfikir sejenak untuk memanfaatkan sesuatu yang sekiranya dapat menjadi pegangan, atau mungkin teman seperjuangan untuk membantu jika suatu saat terjatuh atau terluka, menyia-nyiakan apapun yang berada disekeliling merupakan sebuah kelalaian yang akan menyisakan penyesalan di akhir. Sebuah tongkat yang tergeletak dijalan, jangan disangka tidak berguna sama sekali, boleh jadi itu akan berguna sebagai alat yang dapat menyingkirkan halangan atau rintangan selama perjalanan.
Rasa lelah dan cucuran keringat merupakan keniscayaan dalam sebuah perjalanan untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita yang dimimpikan, sebuah mesin pun akan mengalami kerusakan jika pemakaian sampai diluar kapasitasnya. Apalagi manusia yang mempunyai kemampuan terbatas sebagai makhluk ciptaan-Nya. Pada kondisi seperti itulah, diperlukan sebuah jeda untuk sekedar menghela nafas dan menghilangkan dahaga yang dirasa. Pikiran dan renungan harus selalu dihadirkan, karena banyak pelajaran dan proses yang teramat disayangkan jika dilewatkan. Merekamnya dalam benak atau sebatas menorehkannya dalam catatan dibuku kecil.
Namun, jeda itu sendiri tidak lantas menjadi sesuatu yang melenakan. Perjalanan belum berakhir dan apa yang menjadi mimpi kita belum tercapai, mungkin baru setengah perjalanan. Banyak orang yang terhenti dan menyerah dengan menerima seadanya apa yang ada di depan mata. Padahal, kesempatan masih terbuka lebar dan peluang menuju kesuksesan yang lebih baik pun masih terbentang. Melanjutkan apa yang dapat dilakukan seoptimal mungkin menjadi motor penggerak jika sebuah keyakinan ada dalam hati dengan mengerahkan segala potensi yang terdapat dalam diri. Mimpi yang dituju akan tercapai dengan seluruh usaha yang dilakukan. Tapi, sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, harus bisa menyadari akan suatu hal bahwa tidak ada kesempurnaan dalam hidup sebesar apapun usaha kita untuk meraihnya. Point penting dalam hal ini adalah proses dan usaha kita sebagai subjek untuk mempersembahkan sebaik mungkin dalam perjalanannya. Karena itulah yang akan dinilai dalam mata Sang Pemilik kehidupan.
Kesuksesan dan kegagalan saat kita sampai tujuan merupakan pembelajaran bukan hasil akhir yang didapatkan. Maka, saat itulah rasa syukur akan menambah daftar dalam catatan selain kesabaran selama panjangnya proses yang kita lalui. Karena kebahagiaan bisa dicipta pada diri manusia masing-masing. Kesyukuran yang mengiringi setiap perjalanan manusia dalam hidupnya, seperti halnya para pejalan kaki di tengah hutan penuh semak belukar, tapi selalu menggambarkan senyum dan keoptimisan yang tergurat di wajahnya. Karena rasa syukur itulah kebahagiaan dapat diraih.
Wallahu a'lam
MAYA NURMAYANTI
Forum Lingkar Pena Kuningan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment