Home » » Batu Paha Ayam

Batu Paha Ayam

Oleh Kang Dzanoer Yadie

APAKAH ANDA TERMASUK salah satu yang percaya mitos? Percaya atau tidak tentang kebenaran mitos itu sendiri, tapi paling tidak kita percaya kalau mitos itu memang ada. Paling tidak, “mitos” secara rangkaian huruf atau kata.

Di Indonesia, mitos memang selalu menjadi fenomena yang ramai dibicarakan. Keberadaannya sudah ada jauh melebihi usia bangsa Indonesia sendiri. Apalagi rakyat Indonesia dulu terkenal dengan faham animism dan dinamismenya. Faham-faham, kepercayaan-kepercayaan pada fohon, arwah, bendak-benda keramat sudah melekat sejak zaman nenek moyang dulu. Dan ajaibnya, sekarang pun, ketika zaman sudah dianggap modern, serba canggih, orang-orang masih saja percaya pada mitos. Bahkan tak jarang, orang lebih percaya mitos ketimbang petuah agama atau firman Tuhan.

Contoh kasus, bagaimana ketika seorang anak kecil, Ponari menemukan sebuah batu yang katanya dari luar angksa, dianggap dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit ketika batu itu dimasukkan ke dalam air dan airnya diminum atau dipakai untuk mandi. Banyak orang berbondong-bondong dan berduyun-duyun ingin merasakan khasiat batu itu. Sehingga mereka lebih percaya Ponari ketimbang dokter, apalagi dokternya kena kasus malpraktek.

Dan masih banyak lagi tempat-tempat atau benda-benda yang dianggap keramat dan bertuah entah itu sumur, batu, pohon, kuburan, gua-gua dan lain sebagainya yang masih dipercaya punya kekuatan, manfaat dan berkah jika kita mengikuti suruhan, larangan atau pesan dari mitos itu sendiri.

Nah, yang menarik adalah ketika Anda liburan dan jalan-jalan ke cagar alam nasional Pangandaran. Di sana banyak sekali tempat-tempat, pohon-pohon dan gua-gua yang masih dilestarikan dan dijaga sampai saat ini. Tentunya tak luput dari, sekali lagi, MITOS.

Di antaranya, ada salah satu batu yang dianggap punya kekuatan, berkah bahkan super ajaib adalah sebuah batu berbentuk paha ayam yang berada di dalam gua parat.

Gua parat sendiri, menurut saya merupakan salah satu batu yang paling menarik di antara gua-gua lainnya yang berada di cagar alam Pangandaran. Karena gua ini selain panjang, juga punya dua pintu (lubang) yang keduanya tembus (parat) seperti lubang telinga kiri dan kanan. Jadi, bila kita masuk dari pintu yang satu, maka kita bisa keluar melalui pintu yang satunya lagi.

Nah, batu paha ayam ini merupakan batu gua yang menggantung di langit-langit gua parat dengan bentuk persis paha ayam. Dan tentu, yang paling menarik adalah batu ini dianggap mempunyai petuah terutama bagi yang masih lajang.

Kenapa? Karena batu ini, katanya bisa mempermudah datangnya jodoh. Jadi, bagi siapa saja, laki-laki atau perempuan yang berhasil menyentuh, memeluk, mencium batu paha ayam ini, akan mudah mendapatkan jodoh. Percaya atau tidak, itulah mitos.

Bagaimana reaksi saya terhadap mitos itu? Hehe…pengen tahu aja, nih.

16-18 Desember 2011 lalu, Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Barat mengadakan acara Upgrading di cagar alam Pangandaran tersebut. Dan salah satu materinya adalah “Membaca Tanda”, yaitu dengan berjalan dari situs ke situs, gua ke gua, tempat ke tempat untuk menggali makna yang terkadung di dalamnya. Tentu saja, gua parat adalah salah satu gua tujuan para peserta, termasuk batu paha ayam ini.

Nah, saya, tentu saja orang yang paling girang begitu batu paha ayam ini diceritakan sebagai batu, jika kita megang, meluk atau mencium, akan memudahkan seseorang untuk mendapatkan jodoh. Karena saya belum dapat jodoh, ya tanpa pikir panjang, bahkan tanpa mikir mitos atau bukan, langsung saja megang, peluk bahkan menciumnya.

Ya, tentu saja bukan sebagai ungkapan atau harapan yang serius kepada batu itu, apalagi dijadikan sebagai sebuah kepercayaan atau iman kepada batu itu. Kalaupun waktu itu saya megang, meluk dan menciumnya, tentu saja tidak didasari dengan kepercayaan yang berlebihan.

Kalaupun saya setelah itu dapat jodoh, tentu bukan karena saya sudah megang, meluk dan mencium batu paha ayam itu, tapi atas kehendak Tuhan Yang Mahaesa. Nanti, kalau saya percaya dapat jodoh gara-gara telah megang, meluk atau mencium itu, jadinya syirik, dong. Tidaklah, ya! Yaaa…namanya juga mitos.***

KANG DZANOER YADIE
Forum Lingkar Pena Jawa Barat
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Barat - All Rights Reserved