ADA INDAH YANG terlukis di Pangandaran. ada sejuk yang ditiupkan angin, semburat keemasan sisa sunrice dan gulungan awan di atas langit sana. Ada debur ombak yang memecahkan keheningan pagi dan hamparan lautan yang mendamaikan pandangan. Ada yang terbaca di sini. Sebuah kemahaagungan Allah yang membangunkan syukur dan ketundukan dalam diri. Betapa ombak kecil saja mampu menggetarkan hati, lalu bagaimana dengan tsunami? Batapa besar kuasa Allah yang telah menundukan alam untuk kita, dan betapa tunduknya alam pada perintah Sang Maha Pencipta. Bagaimana dengan kita? Hanya kata ‘subhanallah’ yang mampu terucapa di bibir bersama dzikir alam semesta di kala pagi. Namun, rasanya ironi menyaksikan tumpukan sampah di sepanjang pinggir pantai. Sampai dimana syukur kita pada Illahi yang menyuguhkan keindahan ini? Selama ini mata kita bisa memandang dan menikmati keindahan alam, namun nyatanya sikap kita belum cukup mengindahkannya.
***
ADA PELAJARAN DALAM setiap perjalanan. Menapaki garis waktu kita bisa mundur kebelakang menengok masa lalu. Melihat peradaban yang terbenam dalam sejarah, namun jelas pernah ada, dari jejak-jejaknya yang tersisa. Kita bukan mahluk yang pertama di muka bumi ini. Ada perjalanan panjang yang ditempuh nenek moyang kita hingga dunia tampak seindah sekarang ini di mata kita. Sejarah itu seperti khayal, tampak tak nyata dan tidak masuk akal. Bagaimana sebuah pemerintahan berpusat di sebuah goa, bagaimana sebuah kerajaan jatuh dan berganti penguasa, bagaimana sebuah kepercayaan mempengaruhi kehidupan manusia dan mitos melegenda di tengah masyarakat kita? Jawabannya memerlukan alanalisa. sistem kepercayaan dan pola pikir manusia yang membentuk peradaban kita. Dan, sistem itu mengalami perubahan dari masa ke masa. Kita perlu kembali membuka buku sejarah dan bercermin di setiap halamannya. Hari ini akan digantikan esok. Esok akan digantikan lusa. Seperti yang diungkapkan di atas, kita bukanlah yang pertama namun, bukan berarti kita yang terakhir. Waktu akan terus mengalir, dan peradaban baru menanti kita di depan sana. Perjalanan ini masih panjang, bahkan tidak berakhir pada sebuah kematian.
Menapaki garis waktu, kita masih bisa terus melangkah maju. Menaburkan mimpi dan menyuburkan harapan di sepanjang perjalanan. Masih ada kesempatan untuk memebangun peradaban. Bukankah setiap sistem tatakehidupan diciptakan untuk perbaikan? Dan, kehidupan selalu bergerak ke arah kebaruan? Walaupun masih terasa banyak kekurangan, kita telah mengalami perkembangan. Dari nol hingga berbelas dan berpuluh tahun usia, kita telah bertambah. Ilmu, akal, pengalaman, wawasan, dan lain sebagainya. Kita adalah sebuah potensi yang mampu merubah peradaban ini ke arah yang lebih baik. Bagaimana?
Ada sejuta kemungkinan dan sejuta pertanda untuk dipecahkan menjadi jalan. Sang Maha Pencipta telah menaburkannya di dunia. ‘bacalah!’ itu yang diperintahkan-Nya pada kita. Membaca itu berarti sepasang mata bagi sang buta. Seberkas cahaya ditengah gelapnya goa. Atau, setitik air bagi kerongkongan yang kehausan. Dengan membaca kita bisa menemukan arah yang ditunjukan peta. Kita juga mampu melangkah dengan pijakan yang jelas tanpa keraguan. Dan, dengan membaca pula kita dapat menemukan mata air ilmu yang mampu melepas dahaga kebodohan.
Ada sebuah catatan sederhana yang saya punya. Ini tentang membaca.
Reading is ‘open our eyes’
Reading is ‘open our heart’
Reading is ‘open our mind’
there are many sign in this world that we have to read.
Read ourselves, find the character!
Read life, fine the chapter!
Read nature, find the creator!
***
MUNGKIN DENGAN DIMULAI dari membaca, kita mampu belajar dari masa lalu dan sejarah. Berusaha untuk tidak mengulang kesalahan. Menghindari jebakan zaman yang mungkin mengaburkan visi dan pandangan. Terus melangkah melanjutkan perjalanan yang panjang. Menuliskan setiap harapan melalui tinta, mengisi lembaran-lembaran yang nantinya akan menjadi sejarah juga di masa depan. Insya Allah kita mampu menciptakan peradaban. Bukan hanya sekedar menikmati keindahan.
31122011
catatan di atas mesin waktu, di samping pintu terbuka pada malam pergantian tahun
ENENG SUSANTI
Forum Lingkar Pena Purwakarta
0 komentar:
Post a Comment