Home » » Membaca Tanda di Pangandaran

Membaca Tanda di Pangandaran

Oleh Sri Al Hidayati

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik. Mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (QS. Al An'am:32)

SENJA DI PANTAI Pangandaran cukup ramai, tepatnya bagi kami peserta Upgrading Wilayah FLP Jawa Barat selepas melihat situs-situs bersejarah di Pangandaran, bersama panitia dipandu oleh M. Irfan Hidayatullah, kami menelusuri Gua Parat, Gua Panggung, Batu Kalde, Gua Jepang, Sungai Mudal dan Sungai Rengganis.

Sebelum menceritakan situs-situs tersebut, saya cukup terhenyak setelah hampir setengah hari melihat situs, sorenya ke Pantai, saya melihat ada ayam goreng utuh di dekat pantai. Seperti terapung hingga membawanya ke darat.

Bukankah ini sesajen? Saya lantas memanggil Eka dan Nurul memastikan yang saya lihat. Hal ini menarik bagi saya untuk ditulis.

Sesajen adalah makanan yang diberikan, diperuntukkan bagi jin atau setan, bermaksud menjadi kaya dsb. Dan hal ini merupakan syirik besar. Bahkan di daerah pelosok masih membudayakan hal ini. Naudzubillah.

Sebelumnya saat ke Sungai Rengganis, mendapati bau kemenyan dan Nurul sempat memberi kabar bahwa kemenyan berfungsi untuk mengusir nyamuk dan tentu saja agar tidak mendekat. Di dekat sungai Rengganis, saya melihat banyak gayung berjejer. Konon setiap malam tertentu, sungai tersebut biasa dipakai mandi untuk maksud tertentu.

Dalam hal ini, perlu pelusuran nilai-nilai agama. Islam mengajarkan bekerja keras atau berikhtiar untuk mendapatkan sesuatu, lantas bertawakkal diikuti berdoa penuh harap kepada Allah Swt. Sama sekali bukan dengan cara-cara yang mistis, dengan menyerahkan sejumlah makanan, dan sebagainya. Hal tersebut didasarkan dari aqidah yang seharusnya menjadi landasan atau akar, sehingga kita dapat menjadi insan yang lurus, sejalan dengan yang diperintahkan Allah Swt.

Tentang Pangandaran

Selama di Pangandaran, kami berdiam di Pananjung yang berstatus cagar alam. Pananjung berarti Semenanjung kecil yang terletak di Pantai selatan Kabupaten Ciamis, di wilayah Pariwisata Pangandaran.

Di Cagar Alam, cukup banyak monyet dan juga rusa. Monyet yang tidak terperhatikan (saya tidak melihat pohon pisang), akhirnya membuat monyet mencuri perhatian pada kami—meminta makan, sesekali membuat takut dan risih.

Sewaktu bersiap pulang, berjalan, terlihat sepeda-sepeda begitu banyak. Wisatawan yang ikut memanfaatkan fasilitas ini mesti hati-hati karena di jalan juga ada mobil-mobil yang digunakan oleh anak untuk berkeliling.

Belum dengan mobil yang memang melewati jalan dan pengunjung yang membludak pada week end. Sehingga hal-hal tersebut mesti ada perhatian dari pemerintah untuk turut andil membuat sistem yang nyaman bagi pengunjung baik di Cagar Alam, maupun di sekitarnya.

FLP dan Pangandaran

Agenda FLP Jabar di Pangandaran yakni Menguatkan Tradisi Membaca: Menulis merupakan Langkah Lanjutan dari Membaca, 16-18 Desember 2011 diisi dengan diskusi ke-FLP-an khusus pada tanggal 17 Desember.

Perbincangan menarik mengenai Budaya Baca, Buku dan Penerbitan yang diisi oleh Rahmadiyanti Rusdi yang akrab dipanggil Mbak Dee dipaparkan mengenai isu dunia penerbitan saat ini. Bahwa data 2010-2011 menunjukkan, pertumbuhan membaca berkurang dan beralih kepada internet lewat jejaring sosial dan membaca lewat kertas sudah mulai berkurang.

Penerbit dan percetakan hanya memperoleh 7 persen dari total harga jual buku. Sebagian besar biaya, sebanyak 50 persen, terserap untuk biaya distribusi ke toko-toko buku. Beban biaya terbesar lainnya adalah tingginya harga kertas dari pajak kertas yang mencapai 15 persen dari harga produksi buku. (Julis Felicianus, Pengurus Forum Editor Pusat, KOMPAS, 2010).

Selain internet, dengan adanya mobile phone yakni hp, sehingga industri penerbitan saat ini sudah mulai menjual buku lewat e-book. Hal ini terjadi akibat dari pembelian buku menurun sekitar 20%, sedangkan penjualan.

Di Yogyakarta, sejumlah penerbit terpaksa mengurangi produksi agar tetap bisa bertahan. Penerbit dan percetakan Galang Press, misalnya, produksinya turun sekitar 30 persen ketimbang tahun 2009. Sementara penerbit dan percetakan Navila mengurangi produksi buku hingga 75 persen untuk mengatasi biaya produksi yang terus naik. (Kompas, 2010).

Tren kenaikan buku digital juga dibarengi dengan meningkatnya kemampuan masyarakat mengakses internet secara luas. Pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2011 mencapai angka 48 juta dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 100 juta. (Antara, 15 Desember 2011)

Di sisi lain, terjadi penurunan pula dalam kebiasaan membaca anak FLP. "Dalam seminggu berapa buku (selain buku pelajaran) yang dibaca oleh kita?" ujar Mbak Dee di sela pemaparannya.

Mulai membiasakan membaca dimanapun dan aktif menulis pula di dunia blog, karena penerbit sekarang membuka mata, melihat isu yang ramai di jejaring sosial, dan mewartakannya pada orang.

Selain itu dari blogwalking. Raditya Dika dapat menerbitkan buku dengan cara ini. Hal ini secara langsung mengubah kultur. Kebiasaan mengirim naskah secara utuh, sekarang dapat disiasati dulu dengan mengirim konsepnya terlebih dahulu kepada penerbit, dan sebagai pertimbangan penerbit bila sesuai visi-misinya dengan penerbit tersebut.

Bagaimanapun medianya, bisa buku, facebook, twitter, blog, tablet, atau lewat mobile phone sekalipun, membaca harus tetap dibudayakan. Menulis dimanapun medianya, bisa pada buku, facebook, twitter, blog, tablet, atau lewat mobile phone sekalipun, kreativitas tidak akan pernah mati, karena proses menulis terus bertumbuh dan harus dibiasakan.

Setelah acara selesai, kami kembali kepada cabangnya masing-masing. Semangat berbagi mentradisikan membaca di cabangnya masing-masing di FLP Jawa Barat mesti digalakkan dan disosialisasikan. Terutama berbagai perbincangan selama di Pangandaran bersama FLP cabang lainnya dapat menjadi pemicu bagi satu sama lain, dan menyadarkan kami ke Pangandaran sebagai hiburan tersendiri setelah berlelah peluh di FLP, namun juga sebagai awal untuk memulai agenda besar dan sejatinya sebagai kerja besar untuk perubahan besar di cabangnya masing-masing. Insya Allah.***

SRI AL HIDAYATI
Forum Lingkar Pena Bandung
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Barat - All Rights Reserved